REAKSI REDOKS
'BERDASARKAN KETERLIBATAN ELEKTRON'
A. Fenomena
Di
zaman yang modern ini, kita manusia semakin dimanjakan dengan berbagai macam
bentuk kemudahan. Contoh yang paling sederhana adalah remote kontrol untuk TV,
AC, dan lain-lainnya. Sejatinya, baterailah yang menjadikan barang-barang
tersebut mempunyai nilai guna sehingga bisa menjalankan fungsinya.
Betapa
berpangaruhnya peranan baterai dalam kehidupan modern saat ini, utamanya bagi
mereka orang-orang yang hidup diperkotaan yang serba praktis. Sesungguhnya jika
kita meninjau lebih jauh dan lebih dalam, sebenarnya komponen zat kimia-lah
yang berpengaruh besar dibalik fenomena ini. Tanpa kehadirannya, apalah arti
sebuah smartphone, android dan gadget
lainnya jika penyuplai energi pendukungnya tidak ada.
Fungsi
dari baterai identik dengan fungsi accumulator atau lebih dikenal dengan
istilah aki yang tyerdapat pada kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan
mobil.
Dua
komponen penting seperti baterai & aki
merupakan salah satu bentuk
penerapan reaksi
kimia dalam menghasilkan
energi listrik. Reaksi kimia
yang
dimaksud adalah reaksi oksidasi-reduksi (selanjutnya
disebut reaksi redoks). Terjadinya reaksi redoks juga dapat ditinjau
berdasarkan keterlibatan elektron pada reaksi tersebut. Elektron inilah yang pada
akhirnya menghantarkan arus listrik.
B. Konsep
Reksi Redoks Berdasarkan Keterlibatan Elektron
Konsep redoks yang melibatkan transfer elektron
berkembang setelah diketahui adanya elektron dalam atom dan reaksi pembentukan
senyawa ion (lihat kembali topik ikatan ion). Sehingga, konsep reaksi redoks
tidak hanya melibatkan oksigen dan hidrogen saja. Tetapi, juga dapat ditinjau
dari keterlibatan elektron.
Dalam konsep reaksi redoks berdasarkan keterlibatan
elektron, reaksi pelepasan elektron dinamakan reaksi oksidasi, sedangkan
reaksi pengikatan elektron dinamakan reaksi
reduksi.
C.
Reaksi
Redoks yang Melibatkan Elektron
Gambar
B1. Reaksi logam Zn dengan larutan CuSO4
Keterangan:
Gambar (1) : logam Zn dicelupkan kedalam larutan CuSO4 (biru terang)
Gambar (2) : logam
Zn terkikis seiring terbentuknya logam Cu (merah) pada permukaan lempeng logam Zn yang tercelup.
Gambar (3) : ion Cu2+ dalam larutan CuSO4
perlahan-lahan akan berkurang karena tereduksi membentuk logam Cu yang ditandai
dengan memudarnya warna larutan yang sekaligus menandakan logam Zn telah
teroksidasi membentuk ion Zn2+ yang tak berwarna.
Pada reaksi antara logam Zn dengan larutan CuSO4,
logam Zn mengalami reaksi oksidasi dengan melepaskan dua elektronnya sehingga
membentuk ion Zn2+, sedangkan ion Cu2+ pada larutan CuSO4
mengalami reaksi reduksi dengan mengikat 2 elektron dan membentuk logam Cu. Penggabungan
kedua proses itu dinamakan reaksi redoks.
Reaksi redoks yang terjadi antara logam Zn dan ion
Cu2+ (dalam larutan CuSO4) sebagai berikut:
Zn
(s) → Zn2+(aq) +
2e- (setengah
reaksi oksidasi)
Cu2+(aq) + 2e- → Cu (s) (setengah reaksi reduksi)
Zn
(s) + Cu2+ (aq) → Zn2+ (aq) + Cu (s) (reaksi redoks)
Pada reaksi
tersebut, dua elektron dilepaskan oleh logam Zn kemudian diterima oleh ion Cu2+.
Oleh karena itu, peristiwa reaksi oksidasi selalu disertai peristiwa reaksi reduksi.
Dalam hal ini terjadi serah-terima elektron antara logam Zn dengan ion Cu2+.
Pada setiap persamaan reaksi, massa dan muatan harus setara antara ruas kanan/reaktan
dan ruas kiri/produk (akan dibahas lebih jauh pada materi “Persamaan Reaksi”)