Selasa, 01 April 2014

REAKSI REDOKS




 REAKSI REDOKS
'BERDASARKAN KETERLIBATAN ELEKTRON'

A.     Fenomena


Di zaman yang modern ini, kita manusia semakin dimanjakan dengan berbagai macam bentuk kemudahan. Contoh yang paling sederhana adalah remote kontrol untuk TV, AC, dan lain-lainnya. Sejatinya, baterailah yang menjadikan barang-barang tersebut mempunyai nilai guna sehingga bisa menjalankan fungsinya.
Betapa berpangaruhnya peranan baterai dalam kehidupan modern saat ini, utamanya bagi mereka orang-orang yang hidup diperkotaan yang serba praktis. Sesungguhnya jika kita meninjau lebih jauh dan lebih dalam, sebenarnya komponen zat kimia-lah yang berpengaruh besar dibalik fenomena ini. Tanpa kehadirannya, apalah arti sebuah smartphone, android dan gadget lainnya jika penyuplai energi pendukungnya tidak ada.
Fungsi dari baterai identik dengan fungsi accumulator atau lebih dikenal dengan istilah aki yang tyerdapat pada kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan mobil.
Dua komponen penting seperti baterai & aki  merupakan salah satu  bentuk
penerapan  reaksi  kimia  dalam  menghasilkan  energi  listrik. Reaksi  kimia  yang
dimaksud adalah reaksi oksidasi-reduksi (selanjutnya disebut reaksi redoks). Terjadinya reaksi redoks juga dapat ditinjau berdasarkan keterlibatan elektron pada reaksi tersebut. Elektron inilah yang pada akhirnya menghantarkan arus listrik.
B.   Konsep Reksi Redoks Berdasarkan Keterlibatan Elektron
Konsep redoks yang melibatkan transfer elektron berkembang setelah diketahui adanya elektron dalam atom dan reaksi pembentukan senyawa ion (lihat kembali topik ikatan ion). Sehingga, konsep reaksi redoks tidak hanya melibatkan oksigen dan hidrogen saja. Tetapi, juga dapat ditinjau dari keterlibatan elektron.
Dalam konsep reaksi redoks berdasarkan keterlibatan elektron, reaksi pelepasan elektron dinamakan reaksi oksidasi, sedangkan reaksi pengikatan elektron dinamakan reaksi reduksi.

C.   Reaksi Redoks yang Melibatkan Elektron

   
Gambar B1. Reaksi logam Zn dengan larutan CuSO4



Keterangan:
Gambar (1) :    logam Zn dicelupkan kedalam larutan CuSO4 (biru terang)
Gambar (2) :    logam Zn terkikis seiring terbentuknya logam Cu (merah) pada permukaan lempeng logam Zn yang tercelup.
Gambar (3) :  ion Cu2+ dalam larutan CuSO4 perlahan-lahan akan berkurang karena tereduksi membentuk logam Cu yang ditandai dengan memudarnya warna larutan yang sekaligus menandakan logam Zn telah teroksidasi membentuk ion Zn2+ yang tak berwarna.
Pada reaksi antara logam Zn dengan larutan CuSO4, logam Zn mengalami reaksi oksidasi dengan melepaskan dua elektronnya sehingga membentuk ion Zn2+, sedangkan ion Cu2+ pada larutan CuSO4 mengalami reaksi reduksi dengan mengikat 2 elektron dan membentuk logam Cu. Penggabungan kedua proses itu dinamakan reaksi redoks.
Reaksi redoks yang terjadi antara logam Zn dan ion Cu2+ (dalam larutan CuSO4) sebagai berikut:
Zn (s) Zn2+(aq) + 2e-                      (setengah reaksi oksidasi)
Cu2+(aq)  + 2e- Cu (s)                     (setengah reaksi reduksi)


            Zn (s) + Cu2+ (aq) Zn2+ (aq) + Cu (s)          (reaksi redoks)

            Pada reaksi tersebut, dua elektron dilepaskan oleh logam Zn kemudian diterima oleh ion Cu2+. Oleh karena itu, peristiwa reaksi oksidasi selalu disertai peristiwa reaksi reduksi. Dalam hal ini terjadi serah-terima elektron antara logam Zn dengan ion Cu2+. Pada setiap persamaan reaksi, massa dan muatan harus setara antara ruas kanan/reaktan dan ruas kiri/produk (akan dibahas lebih jauh pada materi “Persamaan Reaksi”)